Newest Post

Archive for November 2013



Kejadian Aneh Di Asrama

            Ini adalah pengalaman yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku, dan mungkin juga tak akan terlupakan oleh semua teman teman asramaku. Pada waktu itu dimulai ketika malam hari di asramaku , ba’da maghrib. Abi, pengasuh asramaku meliburkan jadwal diniyah malam itu dan mengganti agendanya dengan bercerita tentang pengalaman abi sewaktu dulu masih di pondok. Macam macan sekali yang diceritakan, mulai dari kejadian paling lucu yang pernah kudengar, sampai misteri tentang kematian orang yang begitu tragisnya. Aku merinding mendengarnya, bulu kudukku berdiri semua ak terkecuali teman temanku juga. Kamu semua mendengarnya dengan cermat mulai dari intonasi yang abi gunakan ketika bercerita sampai artikulasinya dalam menyampaikan kisah nyata itu.
            “setelah diselidiki ternyata pemilik rumah yang telah meninggala lah yang mengakibatkan bau busuk yang sangat menyengat itu…”
            “dan wajahnya seperti ini..” abi mempraktikkan wajah orang yang mati mengenaskan itu, ihhyy… mengerikan. “dan tubuhnya seperti ini..” abi tengkurap sambil menjulurkan lidahnya sepanjang mungkin dan tangannya seolah olah ining mencakar kamu semua yang ada di dalam ruangan ini
            “hhuuuuuuaaaa!!!!! Waaa!!!” itulah yang terjadi, itu jeritan yang paling menggelegar yang pernah kudengar. Jeritan kamu semua…. Hhuufff.. jantungku seperti minta keluar dari rongga dada.
            Tapi yang terjadi pada abi justru sebaliknya. “huahahaha!!! Xixixixix…. Kalian penakuttt.. huahaha…!!!” dia tertawa…. Benar benar menyebalkan, membuat kami semua ketakutan setengah mati sedangkan dia ketawa ketiwi. Huh!
            Tapi beberapa menit setelah tawa dan jeritan yang campur aduk itu, terdengar bunyi handphone abi. Ada sms masuk. Setelah abi membacanya, wajahnya pucat, kami semua melihat itu, tahu tahu wajah kami jadi ikutan pucat, padahal belum tahu apa is isms itu. Setelah itu abi meggumam pelan. Tapi cukup jelas ditelinga kami. “ummi nangis, katanya habis lihat tuyul.”
            Tidak ada suara. Hening.
            Hanya suara jangkrik yang terdengar… tiba tiba…
            “aarrrggg!!!!! Hhuaaa!!!!” ya, tentu saja itu suara kami semua. Memang apalagi yang bisa kami perbuat selain berteriak sekencang kencangnya. Kami takut. Sangat.
            “ssstttt, diam. Ayo kita kekamar ummi.” Abi menenangkan kami semua. Dan tentu saja kami langsung bungkam, disaat seperti ini kami semua tahu fikiran abi sedang kacau balau, kalau sedikit saja kami mengusik ketenangannya, jangan harap bias selamat dari raungan macan kawin.. hhiyy..
            Setelah itu kami semua keluar dari aula asrma dan turun dari lantai dua dengan pelan pelan. Saling gandeng menggandeng, bahu membahu.. yah.. maklumlah.. antisipasi kalu kalau ada pocong lewat.
             Kami sampai di kamar ummi dan….. yeah tentu saja kami hanya bisa mendengar tangisan ummi lantaran tidak diperbolehkan masuk ke kamar oleh Abi. Tapi setelah itu abi menceritakan kepada kami kronologi kejadiannya.
            Waktu ba’da magrib, Ummi mau beli pulsa. Tiba tiba saja setelah membuka pintu, Ummi melihat dua sosok menyeramkan sekaligus lucu di depan pagar asrama. Karena mengira Ummi salah penglihatan, Ummi mendekat kearah dua sosok itu dan tak dinyana da sosok mungil itu ikut mendekat kea rah Ummi. Ketika bisa melihat dengan jelas, wajah Ummi memucat, menyadari sosok apa yang ada didepannya. Dua tuyul dengan tinggi tidak lebih dari lutut. Sebenarnya aku tidak ingin menuduh bahwa itu adalah tuyul, tapi karena Ummi menyebutkan cirri cirinya yang hanya memakai popok kain tanpa aju lainnya, mau tak mau aku harus mengakui kalau itu memang tuyul. Tuyul. T-U-Y-U-L!!!!. stidaknya itulah yang kudengar dari cerita abi. Dan.. tentu saya aku percaya.
                                                            …………………..
            Malamnya aku tidak bisa tidur memikirkan entah apa, tidak jelas.. dari lamunanku tentang tuyul beralih topic menjadi bayangan wajah kakak kelas yang kutaksir, begitu terus. Bolak balik…. Sampai saat tengah malam lewat satu jam, aku mendengar bunyi sesuatu benda yang jatuh, atau beberapa benda jatuh. Entahlah.. yang aku inginkan adalah memejamkan mata dan mendapati hari segera pagi.
                                                                                                                                                                                                                                                    …………………..
          saat pagi pagi sekali, sekitar jam setengah empat, kami semua sudah dibangunkan oleh Abi untuk menunaikan sholat tahajjud. Ohh… aku benar benar kurang tidur, saking ngantuknya sampai sampai ketika sujud dirokaat pertama aku sudah tertidur. Yah.. memang itu adalah hal yang salah, tapi mau bagaimana lag?
            Tapi begitu selesai sholat tahajjud, Mbak Tika membangunkanku dan meulai bercerita ini itu.. tentu saja aku tidak menggubrisnya, tapi begitu aku mendengar kalimat “ada sosok misterius” mataku langsung terbuka lebar lebar…
            “kemarin malam, aku lihat Ummi keluar dari kamarnya.” Itulah awal pembicaraan Mbak tika, tapi aku hanya mendengarnya tanpa membuka mata.
            “lalu, Aku ngajak Ummi ngobrol, mmm cuma sekedar menyapa sih…. Tapi Ummi sama sekali tida menoleh kearhku. Dan malah membuka pintu depan lalu tanpa menutup kembali pintunya Ummi membuka gerbang depan asrama.” Lanjutnya
            “aduh, gitu aja kok sosok misterius, apaan sih?!” kali ini aku benar benar merasa dibodohi oleh bualan Mbak Tika. “udah ah ceritanya, aku mau bobo.”
            Mbak tika menarik tanganku. “eh… jangan pergi dulu dong, belum juga selesai ceritanya,ini beneran aneh tau!” lalu dengan uka diseram seramkan, Mbak Tika menatapku dengan pandangan awas-kalau-berani-kabur,”Ummi membuka gerbang asrama tanpa memakai gembok,padahal itukan gembok besi, gimana bisa Ummi membukanya hayoo…”
            Sesaat terasa hening, aku bahkan menahan nafas kuat kuat, --habisnya kalau aku nafas pasti udah jerit jerit histeris
            “lalu Ummi keluar dari gembok dan… nggak tau kemana tapi setelah aku berlari ke teras depan, sudah nggak ada Ummi disana.” Mbak Tika menarik nafas dalam dalam…. Mungkin sama takutnya denganku—yang sedari tadi sudah mencengkeram kuat kuat lengan Mbak Tika. Salah sendiri cerita begituan.. akukan takutt!!! “dan ternyata setelah aku berjalan kembali mau ketempat dudukku di depan computer, mau melanjutan tugasku yang belu selesai.. yah.. tentu saja dengan perasaan was was, tiba tiba saat aku lewat depan kamar Ummi, aku mendengar suara Ummi dan Abi yang sedang bercanda. Tentu saja itu adalah hal yang….. cukup sulit diterima di akal, jika melihat Ummi tadi sudah menghilang di teras depan Asrama.. kapan UMmi kembali? Dan darimana datangnya Ummi yang baru? Aku bahkan baru saja melihat dengan mata kepalaku sendiri Ummi berjalan ke depan teras Asrama, tapi beberapa saat stelah itu aku mendengar Ummi sedang bercanda dengan Abi…. Ini membingungkan..”
            Aku semakin merekatkan peganganku pada lengan Mbak Tika. “Mbak, waktu itu aku berarti belum tidur ya… kan aku tidurku jam dua-an lahh..”
            “Aku tahu, awalnya aku mau nyamperin kamu kekamarmu, tapi waktu aku berjalan ke tempat computer… aku shock ngeliat tiba tiba semua buku tugasku berserakan, modem kececeran, antara kartu perdana dan modemnya pecah, eeh.. maksudku.. ah. Pokoknya semua berantakan. Padahal aku tahu banget sebelum aku keteras depan semua masih rapi dan utuh. Lagian aku keteras depan cuma selang beberapa detik, notok ya satu menit, dua menitlah maksimal… sipa cobak yang ngeberantakin barang barangku?!.....”
            Aku diam sejenak berpikir keras, sesaat aku menyadari sesuatu. “ooh… aku tahu, aku juga denger kok Mbak suara jatuh gitu pokoknya….” Jadi ternyata memang ada yang jatuh…
            “padahal, bener bener nggak ada siapa siapa…., aku kira kamu malah yang usil ke aku..”
            “ya nggak lah… aku emang belum tidur malam itu, tapi bukan akuuu.” Enak saja dia menuduhku.
                                                            …………………..
          Pagi ini aku dan dua kawanku yang menghafal Qur’an sedang setoran ke Ummi, tapi menunggu Ummi begitu lama, nggak juga keluar dari kamarnya. Padahal udah jam setengah enam. Duh… takut telat nih. Beberapa menit kemudian..
            Syukurlah Ummi keluar dari tempat persembunyiannya..
            “nduk… maaf ya, hari ini hafalannya diliburkan… Ummi perutnya sakit..” Ummi memegang perutnya yang buncit, wajahnya benar benar masam. Jadi kasihan ngelihatnya… tapi seneng juga sih gak usah hafalan. Kebetulan aku juga sebenarnya belum hafalan kok. Huffftt…
            Ee… tapi kok ada yang aneh ya… Ummi wangi bener, wajahnya menor banget lagi, tuh lipstiknya warna merah jambu serasi dengan eyes shadownya yang ngejreng. Aneh…
            “oh iya, nggak papa kok Mi’… Ummi stirahat aja .” tak kusangka itu adalah suaraku sendiri. Sok baik… idih
            “iya Mi’ ndak papa, besok saja saya hafalannya dobel.” Woo… Beti baik banget, sampe mau men-dobel-kan hafalannya. Satu halaman aja belum kelar.
            Akhirnya setelah berbasa basi ria… kami salim ke Ummi sebagai tanda hormat serta simpati… dan cepat cepat masuk kamar, mau mandii….
            Setengah jam kemudian, aku dan beti serta tanti sudah rapi jail dengan seragam licin kami, menuju ruang makan. Gabung bersama teman teman yang lain. Saat sedang enak enaknya menyantap nasi goreng bikinan Mak Khotijah, Ummi keluar dari kamar sambil memasang tapang -akan-kulahap-kalian-semua –nya. kedua tangannya mengepal dan diletakkan di pinggul kanan kirinya… matanya terarah pada….. ku. Padaku! Aku! Omigod…
            “TADI KENAPA NGGAK SETORAN HAFALAN KE UMMI!!” buset, suaranya menggelegar…
            “tadi kan…” aku tak sanggup berkata kata lagi, pita suaraku seakkan putus. Tenggorokanku terlalu berat untuk mengatakan apa apa lagi.
            “tadi kan Ummi yang nyuruh kita nggak usah hafalan Mi’!” Tanti… you are my hero…
            “iya Mi’, Ummi tadi kan sakit perut..” Beti…. You are my soulmate…
            “hah?” lagi lagi Ummi pura pura lupa.. duh. Ummi sama sekali nggak bilang kalo Ummi sakit perut.. Ummi malah sebenarnya sakit kepala..” suara Ummi mulai melunak
            “TAPI TADI UMMI BILANG KOK, KALO UMMI SAKIT PERUTTT!!!” itu suara kami bertiga… tentu saja ini benar benar lelucon yang sama sekali tidak lucu. Sejak kapan ummi pikun? Umur aja belum genap dua lima. Anaknya juga belum genap setahun…
            “malah Ummi ngomongnya sambil merintih kesakitan gitu, pegang perut…” aku mempraktikkan persisi seperti gerakan Ummi subuh tadi. “Ummi juga kelihatan menor, kayak udah mandi gituu.. pake lipstick dan eyes shadow.” Aku memberanikan diri mengungkapkan fakta yang satu ini. Semua yang ada di ruang makan langsung tertawa terpingkal pingkal. Kecuali kamu berempat.
            Sesaat kusadari… wajah Ummi begitu kacau… bukan karena pengakuanku tadi, tapi… kacau dalam tanda kutip. Sama sekali tidak ada tanda tanda bahwa Umi sudah mandi melihat wajahnya yang kucel dengan bekas air liur masih disekitar bibirnya, ups. Dan… ah! Pokonya sama sekali jelek.
            Lalu.. SIAPA YANG TADI PAGI ITU???!!!! yang tadi bilang “sakit perut”. Kami berempat benar benar terdiam. Mata kami saling berpadangan…. Berusaha mengatakan sesuatu yang… ah, tidak mungkin!
            Suasana kembali senyap. Hening. Bahkan tidak lagi terdengar suara sendok dan garpu Dewi yang kerap sekali membuat kami semua tak berselera makan. Padahal bunyi itu seperti berkewajiban di pagi hari saat sarapa, bunyi seperti: cting! Ctang! Pring! Prang! Ting! Tang! Tuk tuk tuk..!!!
            “Ummi bersumpah… itu tadi bukan Ummi, dan Ummi sama sekali nggak pake make up…” Ummi menunduk… seketika itu juga semuanya terasa mencekam…. Padahal sekarang adalah hari istimewa yang seharusnya tidak terjadi hal paling ingin kuhindari. Hari dies natalis Abi! Yang ke… dua puluh delapan.
            Oh, iya ya.. sekarang kan hari ultah Abi!!!
            “HHHUUUAAAAAA!!!!!!” suara siapa lagi kalau bukan suara cempreng kami semua. Penghuni ruang makan. Eh, bukan kami, tapi mereka. Karena aku masih melamun tentu saja….. lamunan dies natalis Abi. Mau ikutan teriak tapi kok telat, yasudahlah diam saja.
            “Jadi, tadi itu…” Aku menggantung kalimatku… tapi aku yakin mereka mengerti apa yang ingin kukatakan selanjutnya. Argh! Ini rumit, ada apa dengan gedung asrama yang elok ini, sekian lama aku hidup disini… baru kali ini aku mengalami kejadian takhayul. Bukannya aku percaya dengan takhayul… tapi semua ini membuktikan kalau…… alah sudahlah, bukannya Tuhan menciptakan jin dam manusia sama sama untuk beribadah di bumi! Bedanya, jin itu kasat mata.
            Terdengar bisikan bisikan tak tentu di ruang makan itu… sebagian dari mereka menghela nafas panjang, lega karena bukan mereka yang mengalami kejadian ini… jadi ini apesku yaa.
            “Ayo berangkat, sudah jam enam seperempat. Ntar Fatimah telat!” Abi sudah rapi dengan baju koko dan sarung semi sutera kesayangannya. Aku langsung bangkit berdiri, bersama dengan teman teman yang memang terjadwalkan diantar pake mobil karena jarak asrama dan sekolah umum yang berkilo kilo meter.
            Aku berjalan kearah Ummi yang sedari tadi tak bergeming dari tempatnya, matanya memandangku dengan nanar… seperti akan mengatakan sesuatu tapi begitu sulit untuk diungkapan. Aku memandangnya balik dengan penuh iba dan sayang….  Lalu tanganku menggenggam tangannya dan menciumnya. Setelah itu aku pergi, berjalan menuju pintu utama sebelum akhirnya Aku menyadari sesuatu..
            “E… uang sakunya belum dikasih Mi’…” astaga… disaat tegang tegang begini masih sempatnya aku berpikir tentang uang jajan… dasar tolol! Tapi kan tanpa itu aku jadi tidak bisa jajan…
            “oiya ya… lupa.” Ummi nyengir tanpa rasa bersalah, lalu dengan santainya membuka dompet berukuran jumbonya itu, lalu mengeluarkan uang dua ribuan lima kali. Aku melangkah kembali kearah Ummi dan tersenyum mendapati uang itu sudah berpndah ketanganku.
            “Assalamualaikum….” Jawabku penuh semangat, lupa dengan kejadian sepuluh menit yang lalu.
                                                                       
                                                            …………………..

            Di mobil aku tertidur… maklumlah, bangun jam tiga gitu, tapi belum sampai seperempat jam aku tidur, aku merasakan ada tanga yang mengguncang guncang bahuku.
            “fat, bangunnnn… Abi mau cerita nih.” Aku masih tidak mengacuhkan panggilan itu. “faaattt!!!! Ini tentang Ummiiii!!!” mendengar kata “Ummi” membuatku reflex membuka mata dan terduduk dengan sempurna. Tegak lurus tanpa menceng kanan menceng kiri, tidak lagi bersandar di bahu…. Mbak Tika, oh.. jadi dia pemilik paha yang empuk seperti bantal itu.
            “Ummi itu sebenarnya sudah dari dulu diikutin sama Jin.” Suara Abi terdengar pelan namun tegas. “Dan, itu adalah sudah bagian takdir, karena dulu ayahnya Ummi sebelum meninggal, beliau bilang kalau beliau punya jin, eh, bukan punya jin sih.. tapi semacam diikuti gitu lah pokoknya, nah pas waktu mau meninggal, ayahnya Ummi itu searat tapi nggak juga ada kepastian ataupun tanda tana kematian…” Abi menghentikan sejenak kalimatnya, kami—semua yang ada dimobil sabil melongo—menatapnya dengan pandangan ining tahu. “karena…. Jin itu ingin pengganti ayahnya sebelum meninggal… “ lalu menghela nafas panjang dan… “Jin itu memilih Ummi sebagai pengganti Ayahnya.”
            “Masa sih?” aku mengguman tak percaya. Cerita seperti seperti dongeng sebelum tidur yang kerap sekali ibuku ceritaka saat aku masih kecil dan imut. Sekarang juga masih imut kok.
            Mbak pinky menjitak kepalaku dengan keras. “ ssstttt!!!!” tangan yang satunya lagi menempel dibibirku. Memberikan tatapan awas-kalau-berani-ngoceh-lagi. Membuatku bungkap, lalu beralih mendengarkan kalimat atau lelucon garing dari mulut Abi.
            “Ummi sebenarnya nggak mau itu terjadi, tapi semakin Ummi menolak, semakin Jin itu gudan selalu menunjukkan sosoknya dihadapan Ummi.” Abi membelokkan setir menuju perempatan jalan idjen. Matanya menatap lurus lurus jalan di depannya. Taruhan, pasti saat ini jiwa Abi sudah tidak melekat lagi ditubunya. Bicaranya semakin melantur. Membuatku semakin sebal tapi juga penasaran. Ungkin saja ini memang nyata.
            “Jadi… semenjak itu Ummi membiarkan Jin itu… tapi setelah dibiarkan, Jin itu berubah baik. Kadang berubah wujd seperti Ummi, jadi Abi juga kadang tertipu… kadang malah masak buat Ummi dan Abi!!” Abi semakin antusias menceritakan dongeng sebelum sekolah ini.
            “yaahhh… Abi harap. Kalian maklumlah dengan kejadian aneh aneh dimasa mendatang.” Inilah inti dari ceritanya. Horeeee… akhirnya selesai juga dongengnya. Meskipun nggak happy ending sih…
            Aku melihat gerbang oranye sekolahku lengkap dengan Pak Parman, si telur buaya… mengingat kepalanya yang botak dan bundar… hihihi. Lalu dengan semangat, kubuka pintu grand max, dan meloncat keluar dari tempat dudukku yang empuk itu.
            “Assalamualaikuuuuummmmm.”
…………………..
            Rupanya nasibku hari ini tidak buruk buruk amat kok… setelah kejadian mencekam kemarin malam, gangguan kecil di ruang makan, pr matematika yang lupa kugarap, nilai ulangan harian bahasa daerah yang…iiyy cuma ada angka “lima”. Kali ini, mala mini tepatnya Abi mengajak kami semua—penghuni asrama yang tidak kasat mata—merayakan milad Abi yang ke dua puluh Sembilan. Ternyata perkiraanku tadi salah… ah gak papalah yang penting sekarang Aku sudah ada di Wrung Ayam Roker, Di daerah Sawojajar. Hhhmmm yummy!
            Setelah menghabiskan ayam kecap yang tiada tara dan menengguk es jeruk nipis yang manis manis kecut. Aku melemparkan pandangan kearah samping kananku, Si Dewi yang masih berperang dengan sendok dan garpunya. Huh, menyebalkan!
            Ternyata semua juga sudah selesai makan, denganlangkah gontai kami beranjak dari warung murah meriah itu lalu kembali ke obil sambil menunggu Abi yang masih sibuk di depan kasir. Lima menit kemudian Abi kembali sambil memegangi perutnya. Menandakan satu hal—kami semua kenyang dan ingin segera tidur di spring bed empuk.
…………………..
            Setelah perjalanan kuliner singkat kami, kini kami sampai di depan gedung menjulang ini. Asrama tercinta. Aku membuka gerbang yang memang tak digembok lalu menuju pintu utama dan baru saja aku ingin mengambil kunci rumah yang tersimpan di atas pintu itu sendiri saat dengan gamblangnya Si Dewi membuka Pintu rumah. Aneh! Padahal aku sendiri yakin aku sudah mengunci rumah. Semoga saja tida terjadi apa apa…
            Aku bertingkah seperti tidak sedang terjadi apa apa, teman temanku juga tidak menyadari tentang kunci itu.  kami semua terlalu ngantuk untuk sekedar berbicara satu sama lain. Mereka berjalan menuju kamar masing masing. Begitu juga denganku. Tapi belum sempat aku menutup pintu kamarku, Aku mendengar suara lengkingan aka sing
            “aaakkkkhhhhhhh!!!!” Ummi!! Kenapa lagi sih. Tanpa komando kami semua dari arah yang berbeda beda segar berlari menuju sumber suara. Kamar Ummi.
            Sesaat kami tercekat menatap tulisan tak beraturan.. latin tapi tidak jelas di kaca lemari Ummi, bertuliskan:
Maaf saya terpaksa
            Ya Tuhaannn… apa lagi sih ini, jangan jangan….
            Tanpa komando Ummi segera membuka semua lemari yang ada dikamar, melihat satu persatu isinya… blackberry…ada. Netbook….ada, uang…. Hilang empat juta!!!! Jadi, maling itu tahu kalau aku menyembunyikan kunci itu diatas pintu…. Ini salahku.
            “Syukurlah Cuma empat juta…. Padahal ada jutaan uang disini, hp, laptop dan…” Ummi mulai menangis, entah karena sedih atau lega..
            “ya… kan namanya juga orangnya nyurinya terpaksa…ya untung ya Mi” Abi menusap pelan punggung Ummi. Kami semua ikut merasa lega. Meskipun uang itu tetap hilang, tapi kami lebih berskur karena tidak seperti bayangan kami yang uang itu akan ludes tak berbekas bersama denga barang barang elektronik lainnya.
…………………..
            Setelah kejadian di malam milad Abi yang kurang mengenakkan itu, kami semua berjanji untuk tidak ceroboh dalam bertindak. Selalu mengunci npintu dan menggembok gerbang saat kami semua bepergian, tentu saja dengan kuncinya yang tidak lgi kami letakkan di atas pintu. Sejak saat itu juga asrama mulai membuat piket keamana, yaa… semacam satpam gitu deh. Dan yang terakhir… kami semua tidak lagi kaget , sudah biasa bahkan, kalau melihat ada mahluk semacam “jin” yang menyerupai Ummi. Tidak lagi berteriak histeris. Semuanya… menjadi biasa karena kebiasaan. Tapi sau hal yang takkan pernah kami lupakan sampai kami tua nanti:
            Satu hari yang penuh misteri menjelang ulang tahun Abi.

…………………..

Selasa, 05 November 2013
Posted by Unknown


Memahami Isi Puisi
Sajak Buat Anakku













Sampai dimanakah cinta Ayah dan Ibu, Anakku.
Kalau tidak hingga ujung ujung jari?
Akan tinggal saja menggapai, melambai dan stasiun kecil
Pelabuhan terpencil
Kemudian engkau sendirilah, Ayah dan Ibu dari nasibmu
Terimalah bumi, dan Langit, hujan terik siang serta malam hari kalbumu
Sekali kan tiba saat kau tegak sendiri
Berdirilah atas bahu, ya pijaklah kepala kami
Jangkau bintang bintang yang dari abad ke abad cuma dapat kamu tengadahi
                                                                                                                                                Karya: Saini KM
Makna bait pertama
v  Baris 1: ayah dan [ibu yang mempertanyakan seberapa besar cintanya kepada anaknya
v  Baris 2: penggambaran cinta ayah dan ibu yang begitu besar.
v  Baris 3: kalau bukan sebesar itu (seperti yang digambarkan pada baris kedua) cinta orang tua pasti akan mudah sirna
v  Baris 4: dan kesepian
Makna bait kedua
v  Baris 5: dan sekarang sudah saatnya si anak bangkit berdiri dan mengangkat derajat orang tuanya. Kini si anak sendirilah yang menjadi ayah dan ibu (memimpin) dirinya sendiri. Si anak harus mulai mandiri dan bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri
v  Baris 6: dan sekarang saatnya si anak mencari berkah kehidupan, merasakan asam garam kehidupan dan menjalaninya dengan ihklas, syukur dan tanggung jawab.
v  Baris 7: akan tiba waktu saat si anak harus benar benar hidup tanpa bimbingan orang tua dan menjalaninya hidupnya sendiri.
v  Baris 8: ayah dan ibu rela, bahkan mengorbankan dirinya sendiri demi kesuksesan dan kebahagiaan si anak
v  Baris 9: raihlah (si anak) segala cita cita dan harapan yang selama ini hanya mejadi angan angan kami (ayah dan ibu).



Posted by Unknown

// Copyright © ILMU BAHASA DAN BUDAYA kelas X //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //